Pelajaran Tentang Gaslighting
Pelajaran Tentang Gaslighting – Ada sebuah teknik psikologis bernama gaslighting yang sangat kuat, terutama dalam situasi yang melibatkan persuasi atau manipulasi.
Beberapa malam yang lalu, aku sedang iseng menonton TV dan menemukan episode lama dari serial MASH. Dalam episode itu, BJ merasa bosan dan untuk menghibur dirinya sendiri, dia merencanakan lelucon yang ditujukan kepada Winchester.
BJ mengambil celana Winchester dan menggantinya dengan celana yang ukurannya dua kali lebih besar. Saat Winchester mengenakannya, BJ bertanya apakah dia merasa baik-baik saja. Dia mengatakan bahwa Winchester terlihat agak tidak sehat dan mungkin terkena virus karena terlihat lebih kurus dari biasanya.
Kemudian, BJ mengganti celana Winchester dengan yang ukurannya jauh lebih kecil. Saat Winchester mengenakannya lagi, BJ dengan santai berkomentar bahwa Winchester terlihat lebih gemuk. Ini langsung membuat Winchester panik dan memutuskan untuk menjalani diet ketat.
Hawkeye, yang memperhatikan kejadian ini, bertanya kepada BJ, “Setelah ini, apa lagi?”
“Besok dia akan jadi lebih tinggi,” jawab BJ.
Adegan ini adalah contoh sederhana dari gaslighting. Dalam kasus ini, gaslighting hanya digunakan sebagai lelucon. Tapi di dunia nyata, teknik ini bisa sangat berbahaya dan bahkan kejam jika digunakan dengan niat buruk.
Kenapa aku membahas ini? Supaya kamu bisa melindungi diri sendiri jika ada orang yang mencoba menggunakannya untuk memanipulasimu.
Gaslighting sendiri berasal dari film tahun 1944 yang berjudul Gaslight. Istilah ini kemudian digunakan untuk menggambarkan teknik manipulasi psikologis yang membuat seseorang meragukan realitasnya sendiri.
Dalam film tersebut, seorang suami mencoba membuat istrinya percaya bahwa dia sudah gila, agar istrinya bisa dimasukkan ke rumah sakit jiwa dan tidak menghalangi rencananya. Dengan trik-trik halus, sang suami berhasil membuat istrinya mulai meragukan pikirannya sendiri.
Gaslighting memiliki lima strategi utama:
1. Menanamkan Keraguan dengan Bertanya Berulang Kali
Teknik ini membuat seseorang mulai mempertanyakan pikirannya sendiri.
Kalau kamu pernah menonton kuis di TV, kamu pasti sering mendengar pembawa acara bertanya, “Apakah kamu yakin? Ini jawaban akhirnya?” Pertanyaan seperti ini bisa membuat peserta mulai ragu dengan jawaban mereka sendiri.
Bahkan, tanpa kata-kata pun teknik ini bisa dilakukan. Misalnya, dengan hanya mengangkat alis atau memiringkan kepala seolah-olah ragu, kamu bisa membuat orang mulai merasa tidak yakin dengan apa yang mereka pikirkan.
Teknik ini semakin efektif jika dilakukan dengan nada seolah-olah kita peduli dengan orang tersebut.
2. Menunjukkan Hal yang Sebenarnya Tidak Ada
Teknik ini digunakan untuk membuat seseorang meragukan kenyataan yang mereka lihat atau alami.
Tapi, teknik ini juga bisa digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Misalnya, dengan meyakinkan seseorang bahwa mereka memiliki kualitas atau kemampuan yang bahkan mereka sendiri tidak sadari (terlepas dari apakah itu benar atau tidak).
Misalnya, kamu bisa memberi pujian kepada atasan, klien, atau orang penting lainnya tentang kehebatan mereka yang sebelumnya tidak mereka sadari. Tapi, jika sanjungan itu terlalu berlebihan dan tidak masuk akal, mereka bisa menyadari bahwa kamu sedang memanipulasi mereka. Jadi, lakukan dengan halus dan tetap berpegang pada sedikit kenyataan.
3. Menggunakan Otoritas atau Keahlian Khusus
Orang-orang cenderung lebih percaya pada seseorang yang dianggap memiliki pengetahuan atau akses khusus terhadap informasi yang mereka sendiri tidak miliki.
Misalnya, seorang terapis, pendeta, atau peramal sering kali menggunakan teknik ini. Mereka memiliki aura misteri dan “pengetahuan khusus” yang membuat klien lebih mudah percaya pada mereka.
Dengan cara ini, seseorang bisa lebih terbuka dan menurunkan pertahanan dirinya, sehingga lebih mudah dipengaruhi.
4. Mengungkapkan “Pikiran Rahasia” Orang Lain
Teknik ini juga dikenal sebagai gosip. Tapi ini bukan sembarang gosip, melainkan gosip yang sengaja disampaikan untuk memengaruhi seseorang.
Misalnya, seseorang mungkin berkata, “Aku sebenarnya nggak boleh bilang ini, tapi teman-teman di kantor ngomong kalau kamu sebenarnya sangat berbakat.”
Dengan cara ini, gaslighting bisa digunakan untuk mendorong seseorang melakukan sesuatu yang kita inginkan dengan cara yang halus.
5. Menggunakan Tekanan Kelompok
Teknik ini memanfaatkan kekuatan “banyak orang” untuk menekan satu orang agar merasa salah atau tidak berdaya.
Teknik ini sering digunakan oleh anak-anak, politisi, pemimpin agama, media, militer, dan masyarakat luas.
George Orwell menyebutnya sebagai “group think”—di mana seseorang sulit menemukan informasi yang benar karena mayoritas orang percaya pada suatu hal, meskipun hal itu salah.
Saat perusahaan-perusahaan besar mengontrol distribusi informasi, semakin sulit bagi seseorang untuk menemukan kebenaran atau memiliki pendapat yang berbeda dari kebanyakan orang.
Tekanan dari banyak orang bisa sangat kuat, dan mempertahankan pendirianmu dalam situasi seperti ini bisa menjadi sangat sulit.
Gaslighting memang tidak baik, karena tujuannya adalah membuat seseorang meragukan dirinya sendiri. Tapi, jika digunakan dengan cara yang benar, beberapa aspek dari gaslighting bisa membantu kita memahami bagaimana orang lain melihat dunia dan bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan lebih efektif.